Makalah Just In Time
MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN
Tentang:
“JUST IN TIME”
Devina
Almira 1630402025
Retno
Larasati 1630402096
Rezri
Yalni 1630402097
Sucita
Ramadayani 1630402110
Wahyu
Nurhidayat 1630402117
Wiga
Afriani 1630402119
Dosen Pembimbing:
SRI
ADELLA FITRI S.E, M.Si
MEGA RAHMI,S.E.,Sy,M.Si
JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Persaingan di
antara perusahaan-perusahaan akan membawa keuntungan bagi konsumen karena
persaingan yang semakin intensif akan mendorong perusahaan untuk menghasilkan
produk dengan harga yang lebih rendah, kualitas menjadi lebih tinggi, dan
semakin banyak pilihan. Selain itu, perkembangan teknologi informasi seperti
internet, e-commerce,dll membuat konsumen lebih mudah melakukan akses terhadap
kualitas produk dan jasa yang akan mereka beli. Tentu saja produk dan jasa yang
akan mereka beli adalah produk dengan kualitas terbaik dan harga yang relatif
murah. Dengan demikian perusahaan yang mampu eksis didunia bisnis adalah
perusahaan yang dapat menghasilkan produk-produk tersebut. Untuk menghadapi
masalah tersebut, manajer harus mengetahui apa yang diinginkan konsumen dan
kapan mereka memerlukannya. Perusahaan harus mampu menciptakan suatu sistem
yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan dengan
mengeliminasi setiap pemborosan yang ada. Salah satu cara yang dapat dilakukan
oleh perusahaan untuk mewujudkan kondisi ini adalah dengan menerapkan sistem
pengendalian persediaan dan produksi Just In Time. Sekarang, Sistem Just
In Time bukan hanya sekedar wacana saja tetapi telah dapat
diimplementasikan di beberapa perusahaan baik diperusahaan luar negeri maupun
perusahaan dalam negeri.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Konsep
Just In Time
2.
Implikasi
Just In Time
3.
Elemen
Penting Sistem Just In Time
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Just
In Time
Just In Time adalah sebuah filosofi manajemen yang berasal dari Jepang yang
telah diaplikasikan secara nyata sejak awal tahun 1970 pada perusahaan
manufaktur di Jepang. Pada awalnya Toyota Motor, Taichi Ono dan tangan kanannya
Shigeo Shingo mengadaptasi strategi Henry Ford yang disesuaikan dengan etos
kerja masyarakat Jepang sehingga lahirlah sebuah filosofi yang disebut sebagai Just
In Time. (Mulla, 2009, hal. 115)
Just In Time pertama kali dikembangkan di negara Jepang oleh perusahaan Toyota
pada dekade yang lalu, dan kemudian diadopsi oleh banyak Perusahaan Manufaktur
di Jepang dan Amerika Serikat seperti: Hewlet Packard, IBM, dan Harley
Davidson. Salah satu pendekatan untuk mengeliminasi pemborosan dalam perusahaan
manufaktur telah muncul yaitu suatu filosofi operasi yng disebut Just In
Time. Just In Time merupakan suatu filosofi operasi manajemen, yaitu
sumber daya, termasuk material personel, dan fasilitas yang digunakan dalam
keadaan tepat waktu.
Latar belakang
munculnya just in time dapat ditelusuri pada keadaan negara Jepang yang
mengalami kekurangan sumber daya alam dan mempunyai ruang terbatas. Jepang
sangat tidak menyukai adanya pemborosan. Bertolak belakang dengan negara
Jepang, industri Barat melakukan penyimpanan barang yang berlebihan, mempunyai
lingkungan operasi yang kurang efisien, mengerjakan pekerjaan pencatatan
akuntansi yang berlebihan dengan menggunakan metode yang kurang efisien dalam
memecahkan masalah yang timbul dalam produksi. Akibatnya jumlah waktu yang diperlukan
untuk memproduksi suatu produk menjadi lama, biaya operasi yang tinggi dan
produk yang dihasilkan kurang baik mutunya. Pemborosan diartikan sebagai barang
yang cacat, memproduksi kembali suatu produk dan bahan yang terbuang.
Menurut just
in time pemborosan diartikan sebagai setiap penggunaan bahan yang tidak
dibutuhkan atau penggunaan bahan yang berlebihan dalam memproduksi suatu produk
seperti, cadangan persediaan, jam kerja, tenaga kerja produksi yang tidak
diperlukan, jamkerja ulang yang diperlukan untuk memperbaiki hasil produksi
yang kurang baik mutunta, hasil produksi yang sedikit, tata letak produk yang
kurang baik, pekerjaan pencatatan akuntansi yang berlebihan, bahan baku yang
rusak, kebanyakan pemasok, kebanyakan pesanan pembelian, kecepatan atau
keterlambatan penerimaan bahan, fasilitas penyimpanan yang terlalu besar,
perencaan bahan yang tidak baik, mengganti pemasok dan lain-lain.
Just In Time tidak mentoleransi adanya pemborosan. Just In Time
merupakan suatu sistem produksi yang didesain untuk mengeliminasi pemborosan
dalam lingkungan produksi. Menurut just in time pemborosan adalah
sesuatu yang tidak memberi nilai tambah secara langsung kepada nilai suatu
produk. (Santoso,
2001, hal. 5)
Just In Time adalah sebuah filosofi pemecahan masalah secara berkelanjutan dan
memaksa yang mendukung produksi yang ramping (lean). Produksi yang
ramping (lean Production) memasok pelanggan persis sesuai dengan
keinginan pelanggan ketika pelanggan menginginkannya, tanpa pemborosan, melalui
perbaikan berkelanjutan. Sasaran utama just in time adalah meningkatkan
produktivitas system produksi atau operasi dengan cara menghilangkan semua
macam kegiatan yang tidak menambah nilai (pemborosan) bagi suatu produk.
Sasaran just in time menitikberatkan pada continuos improvement
untuk mencapai biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas yang lebih
tinggi, kualitas dan reabilitas produk yang lebih baik, memperbaiki waktu
penyerahan produk akhir dan memperbaiki hubungan kerja antara pelanggan dengan
pemasok. Definisi Just In Time didefinisikan sebagai sistem manajemen
pabrikasi dan persediaan komprehensif dimana bahan baku dan berbagai suku
cadang dibeli dan diproduksi pada saat diproduksi pada saat (just in time)
akan digunakan dalam setiap tahap proses produksi/pabrikasi.
Just In Time adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan
kualitas, menekankan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin
dengan menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses produksi
sehingga perusahaan mampu menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa)
sesuai kehendak konsumen tepat waktu. Untuk mencapai sasaran dari sistem ini,
perusahaan memproduksinya hanya sebanyak jumlah yang dibutuhkan, sehingga dapat
mengurangi biaya pemeliharaan maupun menekan kemungkinan kerusakan atau
kerugian akibat menimbun barang. Tujuan utama dari JIT adalah menghilangkan
pemborosan dan konsisten dalam meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu
penggunaan istilah JIT seringkali diartikan dengan “zero inventories”.
JIT pada dasarnya berusaha menghilangkan semua biaya (pemborosan) yang tidak
memberikan nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan. (Efrianti, 2014, hal. 101)
JIT merupakan
suatu metode pemikiran produksi yang diprakarsai oleh Jepang, konsep JIT adalah
memproduksi item yang dibutuhkan pada saat yang tepat dan dalam jumlah yang
cermat. Dengan diterapkannya JIT melalui mekanisme kanban, diharapkan dapat
memecahkan permasalahan dalam penanganan persediaan bahan baku sehingga dapat
mencapai efisiensi biaya produksi dan meningkatkan laba perusahaan. Penerapan Just
In Time dapat memperbaiki aset produktivitas, pertumbuhan penjualan,
karakteristik perusahaan pada dunia bisnis modern. Just In Time hanya
meminta unit yang dibutuhkan tersedia dalam jumlah yang dibutuhkan dan pada
saat yang dibutuhkan. (Dania, 2015, hal. 2)
Ide-ide yang
mendukung Just In Time adalah sebagai berikut: (a) Sederhana adalah
lebih baik, (b) Penekanan pada kualitas dan perbaikan yang berkesinambungan,
(c) Mempertahankan persediaan yang menjadi sumber pemborosan dan pekerjaan
jelek yang tersembunyi, (d) Setiap aktivitas atau fungsi yang tidak menambah
nilai harus dihilangkan, (e) Barang diproduksi apabila dibutuhkan, (f) Pekerja
harus berketerampilan banyak dan berpartisipasi dalam memperbaiki efisiensi dan
kualitas produk. Sasaran utama just in time adalah meningkatkan
produktivitas system produksi atau operasi dengan cara menghilangkan semua
macam kegiatan yang tidak menambah nilai (pemborosan) bagi suatu produk.
Sasaran just in time menitikberatkan pada continous improvement
untuk mencapai biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas yang tinggi,
kualitas dan realibitas produk yang lebih baik, memperbaiki waktu penyerahan
produ akhir dan memperbaiki hubungan kerja antara pelanggan dengan pemasok.
JIT memiliki 8
prinsip dasar, yaitu: (a) Seek a produce-to order production schedule,
(b) Seek unitary production, (c) Seek eliminate waste, (d) Seek
continous product flow improvement, (e) Seek product quality perfection,
(f) Respect people, (g) Seek to eliminate contingencies, (h) Maintain
long term emphasis. Berdasarkan berbagai pengertian tersebut dapat
diketahui bahwa eliminasi pemborosan merupakan jantung dari IT. Dengan
mengeliminasi pemborosan, maka perusahaan akan menghasilkan produk yang lebih
baik dengan biaya yang lebih rendah. Berdasarkan uraian diatas maka indikator
JIT yang dimunculkan adalah biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas
yang lebih tinggi, hubungan antara pelanggan dengan pemasok.
JIT adalah
suatu filosofi bisnis yang khusus membahas bagaimana mengurangi waktu produksi
sekaligus mengurangi kegagalan produksi baik dalam proses manufaktur maupun
proses non-manufaktur. Istilah lain JIT adalah short-cycle atau lean
manufacturing. (Witjaksono, 2013, hal. 221) . JIT adalah filosofi
yang berfokus pada kegiatan pekerjaa yang dibutuhkan atau yang diminta pada
saat itu juga. JIT merupakan suatu pendekatan manufaktur yang mempertahankan
bahwa produk-produk harus ditarik dari seluruh sistem dengan adanya permintaan,
dan bukannya mendorong seluruh sistem dengan skedul yang tetap untuk
mengantisipasi permintaan (a pull system). JIT berpengaruh dalam hal
mengurangi persediaan sampai pada tingkat yang sangat rendah. Usaha untuk
mencapai tingkat persediaan sampai tingkat yang tidak signifikan sangat vital
bagi kesuksesan JIT. Namun demikian, gagasan untuk mencapai persediaan yang
tidak signifikan niscaya akan menentang alasan-alasan tradisional untuk
menyimpan pesediaan yang telah disebutkan sebelumnya. JIT memecahkan masalah
kinerja tepat waktu dengan cara mengurangi waktu tunggu, dan bukannya dengan
meningkatkan persediaan. Waktu tunggu dalam hal ini tidak hanya sampai pesanan
diterima di perusahaan, namun sampai bahan baku diolah menjadi barang jadi (output).
Waktu tunggu yang lebih singkat akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi permintaan pengiriman pada tanggal yang diminta oleh pelanggan dan
sekaligus dapat dengan cepat menghadapi permintaan pasar. Dengan demikian, daya
saing perusahaan meningkat. JIT mengurangi waktu tunggu dengan menghindari
kegagalan mesin, kerusakan bahan baku atau suku cadang, tidak tersedianya bahan
baku atau suku cadang, dan dengan menggunakan proses manufaktur sel. Sel-sel
manufaktur mengurangi jarak perjalanan antara mesin dan persediaan.
Kebanyakan
penghentian produksi terjadi karena salah satu dari tiga alasan berikut ini,
yaitu: kegagalan mesin, kerusakan bahan baku atau suku cadang, dan tidak tersedianya bahan baku atau suku
cadang. Penyimpanan persediaan merupakan salah satu solusi untuk ketiga masalah
tersebut. Mereka yang mendukung pendekatan JIT mengklaim bahwa persediaan tidak
memecahkan masalah melainkan hanya menyembunyikan atau menutup-nutupi
masalah-masalah tersebut. JIT dapat memecahkan masalah dengan menekankan
pemeliharaan preventif, total kontrol kualitas, dan dengan menjaga relasi yang
baik dengan supplier. Ada terdapat empat aspek penting dalam JIT:
1.
Penghapusan
semua kegiatan yang tidak menambah nilai produksi atau jasa.
2.
Diperlukan
suatu komitmen untuk tingkat kualitas yang lebih tinggi.
3.
Diperlukan
suatu komitmen untuk perbaikan terus menerus dalam efisiensi kegiatan.
4.
Penekanan
pada penyederhanaan dan meningkatkan pengidentifikasian terhadap aktivitas yang
tidak menambah nilai.
Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa JIT adalah persediaan
dengan nilai nol atau mendekati nol, artinya perusahaan sebisa mungkin tidak
menanggung biaya penyimpanan. Bahan baku akam tetap datang pada saat
dibutuhkan. Model yang demikian tentu saja pemasoknya adalah pemasok yang setia
dan profesional. Dengan model ini terjadi efisiensi biaya persediaan bahan
baku.
Tujuan utama dari JIT adalah menghilangkan pemborosan dan konsisten
dalam meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu penggunaan istilah JIT
seringkali diartikan dengan “zero inventories”. JIT pada dasarnya
berusaha menghilangkan semua biaya (pemborosan) yang tidak memberikan nilai
tambah terhadap produk yang dihasilkan. Untuk mencapai tujuan JIT tersebut,
diperlukan asumsi sebagai berikut:
1.
Ukuran
lot kecil
2.
Konsistensi
kualitas tinggi
3.
Pekerja
dapat diandalkan
4.
Persediaan
menjadi minimum atau sebisa mungkin menjadi nol
5.
Mesin
dapat diandalkan
6.
Rencana
produksi stabil
7.
Kepastian
jadwal operasi
8.
Keseragaman
komitmen dan pandangan antara manajemen perusahaan dan karyawan, dimana
memiliki komitmen yang tinggi terhadap penerapan JIT yang dilakukan di
perusahaan. (Sinuraya, 2011)
B.
Konsep
Just In Time
Dalam konsep Just
In Time, menyatakan terdapat empat aspek fundamental dalam konsep Just
In Time, yaitu: (1). Menghilangkan segala aktivitas yang tidak memberikan
nilai tambah bagi seluruh produk atau jasa. Dalam hal ini mencakup seluruh
aktivitas atau sumber daya yang menjadi sasaran untuk pengurangan atau
penghilangan, (2). Komitmen tinggi terhadap mutu melakukan secara benar segala
sesuatunya dari awal adalah esensial manakala tidak ada waktu untuk mengerjakan
ulang. Perusahaan perlu memiliki komitmen untuk mencapai dan mempertahankan
tingkat mutu yang tinggi dalam semua aspek aktivitas-aktivitas perusahaan, (3).
Upaya perbaikan yang berkelanjutan dalam efisiensi aktivitas perusahaan.
Perusahaan perlu mencanangkan komitmen terhadap perbaikan berkesinambungan (continous
improvement) pada semua aktivitas perusahaan dan kegunaan data yang
dihasilkan bagi manajemennya. Perbaikan yang berkesinambungan adalah
pengupayaan terus-menerus nilai yang kian besar yang diberikan kepada
pelanggan, (4). Penekanan pada penyederhanaan dan peningkatan visibilitas
aktivitas nilai tambah, hal ini membantu untuk mengidentifkasi aktivitas yang
tidak menambah nilai. (Putra, 2014, hal. 4-5)
C.
Konsep
Dasar dan Tujuan Esensil JIT
JIT memiliki
tiga macam kerangka perspektif, yaitu pendekatan filosofis JIT terhadap
produksi, teknik pendesainan dan perencanaan sistem pabrikasi JIT, dan teknik
pengendalian lantai perakitan dengan JIT. Pengendalian aktivitas pengerjaan,
perakitan atau pengolahan di lantai pabrik dalam sistem JIT sangat transparan
karena kendali arus material atau komponen dan pekerjaan dikendalikan dengan
kanban. Kanban akan mengendalikan arus material (komponen dan subkomponen)
sehingga material tiba di tempat yang sesuai dalam jumlah yang benar dan
sesuai, serta tepat pada waktu yang ditentukan sebelumnya. Sehubungan dengan
itu, pengerjaan dapat berlangsung sesuai jadwal.
Untuk menunjang
pelaksanaan pengerjaan yang lancar, tepat jumlah, tepat mutu, dan tepat waktu,
maka sistem manufaktur dirancang dan didesain sedemikian rupa sehingga
memungkinkan menerapkan JIT di pabrik tersebut. Untuk keperluan itu, didesain
produk dan tata letak pabrik disinkronkan. Penataan disesuaikan dengan
visibilitas untuk menerapkan kanban di pabrik yang bersangkutan. Filosofi JIT
merupakan sesuatu yang sering kurang diperhatikan, tetapi perannya sangat
menentukan keberhasilan aplikasi JIT. Filosofi JIT menetapkan berbagai gagasan
dan strategi mendasar dari JIT, terutama yang berhubungan dengan kelayakan
menerapkan sistem kanban dalam pelaksanaan produksi.
Kebanyakan
perusahaan menggunakan sistem persediaan terbaik yang sesuai untuk perusahaan
mereka. Sistem persediaan Just In Time (JIT) mempunyai beberapa manfaat.
Manfaat JIT yang utama sebagai berikut:
1.
Waktu
penyiapan (set up) diperpendek secara signifikan didalam gudang.
Kurangilah waktu penyiapan agar lebih produktif yang akan memungkinkan
perusahaan meningkatkan efisiensi, dan waktu yang dihemat dapat dimanfaatkan
pada bidang lain yang memerlukan peningkatan.
2.
Kelancaran
arus bahan atau komponen dari gudang ke rak perakitan ditingkatkan. Setelah
karyawan memusat pada area spesifik dari sistem, akan memungkinkan mereka untuk
memproses pengerjaan barang dengan lebih cepat sebagai ganti dari mempunyai
pekerjaan yang banyak, melelahkan, dan menyederhanakan tugas yang ada.
3.
Karyawan
yang memiliki banyak keahlian, dapat digunakan secara lebih efisien. Setelah
karyawan terlatih atau terdidik bekerja pada bagian yang berbeda dalam sistem
siklus sediaan, akan memungkinkan perusahaan untuk menggunakan pekerja ketika
mereka diperlukan dan pada saat terjadi kekurangan pekerja, serta permintaan
untuk produk tertentu meningkat.
4.
Konsistensi
yang lebih baik terhadap penjadwalan dan konsistensi penggunaan jam orang
terhadap karyawan. Jika tidak ada permintaan atas suatu produk pada waktu
tertentu maka pekerja tidak perlu dibebani pekerjaan. Hal itu dapat
menyelamatkan uang perusahaan karena tidak perlu membayar pekerja untuk
pekerjaan yang belum diselesaikan dan memungkinkan mereka diarahkan pada
pekerjaan lain.
5.
Penekanan
peningkatan hubungan dengan pembekal. Tidak ada perusahaan yang ingin terjadi kekurangan
atas sediaan. Tidak ada perusahaan yang ingin kekurangan atas sistem persediaan
mereka dan akan menciptakan kekurangan persediaan yang dimiliki didalam rak
penyimpanan. Jika perusahaan memiliki seorang pembekal kepercayaan maka
perusahaan dimungkinkan mendapat barang-barang atau komponen yang diperlukan untuk
mencukupi kebutuhan perusahaan dan memelihara nama baik perusahaan di depan
orang banyak (masyarakat).
6.
Pembekal
melanjutkan pemeliharaan terhadap karyawan yang produktif selama 24 jam penuh
dan kegiatan dipustkan atas keluar masuknya karyawan. Setelah manajemen
memusatkan perhatian pada batas waktu pertemuan, akan membuat karyawan bekerja
keras untuk memenuhi perwujudan sasaran persahaan dalam kaitan dengan keputusan
kerja, promosi, atau bahkan upah yang lebih tinggi. (Haming, 2014, hal. 306-309)
D.
Implikasi
Just In Time
1.
JIT
sederhana dalam teori, namun sangat sulit diwujudkan terutama dalam manufaktur.
2.
Salah
satu alasan utama banyak perusahaan enggan menerapkan JIT adalah dengan
ketiadaan barang dalam proses, disertai kekhawatiran seluruh proses produksi
akan terhenti bilamana suatu masalah muncul pada salah satu rantai proses
produksi.
3.
Perusahaan
yang hendak menerapkan JIT hendaknya terlebih dahulu menghilangkan seluruh hal
yang berpotensi menjadi penyebab kegagalan sistem antara lain dengan cara:
a.
Mendesain
kembali proses produksi sehingga tidak menimbulkan biaya tinggi bila hendak
memproduksi satu atau sejumlah kecil item produk pada saat tertentu.
b.
Alternatif
yang biasa dilakukan untuk mengurangi biaya adalah dengan memperpendek jarak
antar proses, memperkerjakan pegawai yang memiliki kemampuan beradaptasi dengan
tuntutan tugas baru dan menggunakan peralatan yang serba guna.
4.
Inti
utama dari sistem JIT adalah para pegawai yang sangat terlatih dan senantiasa
mampu memenuhi tuntutan untuk mencapai standar kualitas produk barang/jasa
tertinggi.
5.
Bilamana
seorang pekerja menjumpai masalah pada komponen produk yang diterimanya, maka
pekerja yang bersangkutan berkewajiban untuk segera melaporkan hal tersebut
pada atasannya agar segera dapat diambil tindakan yang diperlukan.
6.
Para
pemasok dituntut agar mampu memproduksi sekaligus mengirimkan produk yang bebas
cacat (free defect) kapan saja diperlukan.
7.
Implikasi
JIT pada sistem akuntansi manajemen:
a.
Bagian
akuntansi manajemen wajib mendukung peralihan dari sistem konvensional menuju
sistem JIT dengan cara melakukan pemantauan, identifikasi dan komunikasi pada
para pengambil keputusan mengenai asal-muasal/sumber penundaan (delay),
kesalahan (error) dan pemborosan (waste).
b.
Kegiatan
klerikal akuntansi manajemen menjadi lebih sederhana, karena berkurangnya
mutasi persediaan yang harus dipantau.
8.
Untuk
mengukur tingkat reabilitas sistem JIT memanfaatkan ukuran berikut ini sebagai
patok duga (bench mark) efektivitas siklus manufaktur, antara lain:
a.
Defect
Rate
b.
Cycle
Time
c.
Prosentasi
ketetapan waktu pengiriman produ pada pelanggan
d.
Akurasi
perintah produksi/ pengadaan bahan
e.
Perbandingan
antara produksi aktual dengan rencana produksi
f.
Perbandigan
antara jam mesin aktual dengan jam mesin yang tersedia
9.
Rasio
produktivitas konvensional berkenaan dengan tenaga kerja dan mesin kerap tidak
konsisten dengan filosofi JIT.
10.
Inovasi
manajemen, termasuk JIT memerlukan perubahan kultur organisasi secara
keseluruhan, contohnya:
a.
JIT
dapat mengubah irama kerja dan disiplin kerja organisasi secara keseluruhan.
b.
Perombakan
tata letak pabrik (plan lay out) untuk membentuk shop, sangat mungkin
memerlukan renovasi besar-besaran yang haus diperhitungkan sebagai investasi.
11.
Karena
ide dasar JIT adalah minimalisasi pemborosan sekaligus keseragaman alur kerja,
menyebabkan banyak pekerja yang tidak siap dengan perubahan tersebut. Karenanya
sosialisasi penerapan JIT harus dilakukan jauh sebelum hari-H.
12.
JIT
sangat menekankan kerja sama tim, maka kerap dijumpai pekerja yang mengalami
stress, terutama mereka yang berasal dari lingkungan kerja yang selama ini
terisolasi atau mereka yang memiliki kepribadian yang tidak tearn orinted. (Witjaksono,
2013, hal. 227-228)
E.
Implementasi
Just In Time (JIT) Manufacturing
JIT adalah
metode untuk mengurangi waktu penyimpanan (storage time) dan waktu
penyimpanan tersebut tidak berkontribusi ke aktivitas yang bernilai tambah.
Dalam filosofi JIT, perusahaan hanya memproduksi apabila ada permintaan dari
pembeli, tanpa memanfaatkan tersedianya persediaan sehingga perusahaan tidak
menanggung biaya persediaan. Setiap operasi atau produksi hanya bertujuan
memenuhi permintaan. Produksi tidak akan terjadi sebelum ada tanda dari proses
selanjutya yang menunjukkan permitaan produksi. Suku cadang dan bahan tiba pada
saat yang ditentukan untuk dipakai dalam produksi (on time to production).
JIT Manufacturing menuntut ketepatan waktu produksi dan ketepatan
penyerahan produk akhir kepada pelanggan maupun produk antara dari satu tahap
produksi ke tahap berikutnya. Dalam sistem akuntansi manajemen kontemporer,
produksi harus memenuhi “zero defect” yang artinya tingkat kerusakan nol
pada semua tahap siklus hidup produk. Adapun sistem tradisional, masih mentolerir
tingkat kerusakan produk atau produk cacat pada tingkat tertentu yang
diperbolehkan. (Salman, 2016, hal. 13-14)
F.
Elemen
Penting Sistem Just In Time
Untuk menjamin keberhasilan dalam penerapan sistem Just In Time
ini dibutuhkan adanya kerja sama dari beberapa elemen penting. Elemen-elemen
tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Flexible
Resources
Karyawan dalam lingkungan Just In Time harus memiliki
kemampuan ganda dan fleksibel. Karyawan diharapkan dapat mengoperasikan seluruh
peralatan dan mesin dalam jalur produksi. Selain itu, mereka juga diharapkan
mampu untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan kecil alat-alat yang menjadi
tanggung jawabnya.
2.
Cellular
Layout
Dalam sistem Just In Time, mesin-mesin diatur sedemikian
rupa menyerupai setengah lingkaran atau ditata dengan pola selular untuk tujuan
efisiensi sehingga dapat mengurangi berbagai pemborosan. Setiap sel dirancang
untuk memproduksi satu produk tertentu. Produk dipindahkan dari satu mesin ke
mesin lainnya dari awal hingga akhir. Setiap sel merupakan miniatur pabrik
secara keseluruhan.
3.
Pull
System
Dalam pull system, proses produksi akan ditentukan oleh
adanya permintaan dari onsumen. Ketika permintaan konsumen masuk, bagian akhir dari
perakitan akan memberikan tanda ke bagian sebelumnya untuk mengirimkan sejumlah
partisi atau bahan yang dibutuhkan pada bagian tersebut. Demikian seterusnya,
bagian di belakangnya akan mengirimkan tanda ke bagian yang ada di belakangnya
lagi untuk mengirimkan barang setengah jadi sesuai dengan kebutuhan.
4.
Quick
Set up
Set up merupakan aktivitas yang terdiri dari
menyiapkan bahan, mengubah setting mesin, mempersiapkan peralatan, dan
melakukan pengujian. Dalam sistem Just In Time, set up yang
berulang-ulang tidak diperlukan lagi karena mesin telah dirancang untuk satu
jenis produk.
5.
Small-lot
Production
Perusahaan yang menerapkan sistem Just In Time hanya akan
berproduksi sesuai dengan permintaan konsumen. Tidak seperti yang dilakukan
dalam sistem tradisional yang menerapkan sistem mass production.
Produksi dalam jumlah yang kecil ini dimaksudkan untuk mengurangi biaya-biaya
yang tidak perlu seperti biaya gudang, biaya pemeliharaan barang, dan lain-lain.
6.
Quality
at The Source
Barang cacat dapat menimbulkan masalah besar dalam lingkungan Just
In Time. Jika sejumlah unit produk jadi yang dihasilkan mengandung produk
cacat, perusahaan tidak dapat mengirimkan sejumlah barang yang diminta oleh
konsumen dan perusahaan harus mengulang kembali proses produksi hanya untuk
membuat pengganti produk yang cacat saja. Kondisi ini akan menimbulkan adanya
penundaan dalam pengiriman barang kepada konsumen dan menimbulkan kekecewaan
konsumen. Jadi, dalam lingkungan Just In Time kualitas merupakan elemen
yang sangat penting disamping elemen yang lain.
7.
Supplier
Networks
Just In Time
sangat membutuhkan hubungan khusus antara pemasok dengan perusahaan pembeli.
Pemasok diharapkan mampu mengirim barang dalam frekuensi yang lebih banyak
dengan jumlah yang lebih kecil. Kedua belah pihak dituntut untuk dapat bekerja
sama guna mencapai keberhasilan bersama di masa mendatang.
Sistem Just In Time telah diterapkan oleh
perusahaan-perusahaan yang ada di dunia, seperti Toyota Motor Company di
Jepang yang merupakan negara pencetus dari ide ini, Dell Computer, Intel,
Mc. Donald, Black and Decker, Goodyear, dan lain-lain. Sistem ini tidak
hanya bisa diterapkan di perusahaan manufaktur saja, tetapi juga dapat
diterapkan di jenis perusahaan lainnya, seperti perusahaan dagang maupun jasa.
Di Indonesia. Ada beberapa perusahaan yang telah mencoba untuk menerapkan
sistem Just In Time, seperti PT Astra Daihatsu Motor, PT Triangle Motor,
PT Ardi Indah, dan lain-lain. Diantara perusahaan-perusahaan tersebut, ada
beberapa perusahaan yang telah berhasil menerapkan sistem ini, seperti PT Astra
Daihatsu Motor, perusahaan ini telah berhasil meningkatkan kualitas produknya,
mengurangi biaya, dan meningkatkan partisipasi dari pekerja-pekerjanya. Bagi
perusahaan-perusahaan di Indonesia, sistem ini merupakan suatu hal yang baru
karena hanya beberapa perusahaan yang mampu menerapkannya dengan baik. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan sistem ini sulit untuk diterapkan di
Indonesia, seperti ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, dan yang paling
penting adalah masalah dana. (Agustina, 2007, hal. 139-141)
G.
Kanban
Di Jepang, Kanban berarti “kartu”. Para pekerja menggunakan seperangkat kartu
pengendali untuk memberi tanda saat bahan dan produk harus dipindahkan dari
satu operasi ke lini perakitan lainnya. Kanban digunakan dengan JIT untuk
menurunkan “lead time” secara signifikan, menurunkan persediaan dan
meningkatkan produktivitas dengan menghubungkan semua operasi produksi secara
lancar tanpa terputus.
Dengan sistem Kanban, proses atau tahap
sebelumnya tidak dapat mengirim suku cadang atau komponen yang sedang diproses
ke tahap berikutnya jika tidak diminta
oleh kartu kanban dari proses di bawahnya. Langkah berikutnya mengendalikan
jumlah yang diproduksi, Jadi tidak akan terjadi overproduksi, prioritas dalam
produksi menjadi jelas dan pengendalian persediaan menjadi lebih mudah.
H.
Tujuan
dan Manfaat Just In Time
Tujuan just
in time memiliki dua tujuan strategis yaitu: untuk meningkatkan keuntungan
dan memperbaiki daya saing perusahaan. Kedua tujuan ini dicapai dengan
mengontrol biaya-biaya (memungkinkan terbentuknya harga yang berdaya saing
lebih baik dan meningkatkan kauntungan), memperbaiki kerja pengiriman, dan juga
kualitas. Tujuan just in time adalah menghasilkan sebuah produk hanya
ketika dibuthkan dan hanya dalam kuantitas yang diminta oleh para pelanggan.
Sedangkan menurut pendapat lain tujuan utama just in time adalah untuk
menghasilkan produk hanya jika diperlukan dan hanya menghasilkan kuantitas
produk sebanyak yang diminta pelanggan. Just In Time mempunyai dua
tujuan strategik yaitu: (1) Meningkatkan laba, (2) Memperbaiki posisi
persaingan perusahaan, (3) Tujuan tersebut dapat dicapai dengan: mengurangi
persediaan, meningkatkan mutu, mengendalikan aktivitas supaya biaya lebih
rendah, dan memperbaiki kinerja pengiriman barang. (Diaz, 2015, hal. 4)
Manfaat utama
sistem Just In Time adalah akan mengubah daya telusur biaya,
meningkatkan akurasi penentuan cost produk, menurunkan kebutuhan alokasi biaya
tak langsung, mengubah perilaku dan kepentingan relatif biaya tenaga kerja
langsung, dan mempengaruhi sistem penentuan cost pesanan dan cost proses.
Terdapat dua manfaat yang dapat ditemukan dari Just In Time antara lain:
1.
Manfaat
tangibles, yaitu:
a.
Turn
over pembelian
bahan baku/ suku cadang bertambah.
b.
Ketepatan
pengiriman meningkat.
c.
Lead
time pengiriman
berkurang.
d.
Pekerjaan
ekspedisi berkurang.
e.
Waktu
implementasi perubahan-perubahan oleh pemasok berkurang.
2.
Manfaat
intangibles, yaitu:
a.
Memperbaiki
kualitas produk.
b.
Berhasil
mendorong pemasok memenuhi kualitas yang diperlukan.
c.
Memperbaiki
produktivitas.
d.
Jadwal
produksi yang lebih baik.
e.
Mengurangi
keperluan untuk menginpeksi barang-barang yang masuk.
f.
Meningkatkan
efisiensi.
g.
Memperbaiki
posisi kompetitif.
h.
Memperbaiki
desain produk.
i.
Memperbaiki
moralitas dalam produksi.
j.
Lebih
banyak kontak personal dengan pemasok.
k.
Mengurangi
pekerjaan klerikal. (Putra, 2014, hal. 5)
I.
Karakteristik
Just In Time
Ada beberapa karakteristik utama dari perusahaan yang telah
menerapkan sistem Just In Time, diantaranya adalah:
1.
Kualitas
yang tinggi. Perusahaan yang telah menerapkan system JIT berupaya mencapai
tingkat kualitas dimana mereka dapat beroperasi dengan persediaan yang rendah
dan skedul yang ketat. Sistem JIT berupaya menghapus sumber-sumber yang tidak
efisien dan gangguan serta melibatkan karyawan dalam operasi untuk terus
melakukan perbaikan. Dengan kata lain, perusahaan berpegang pada konsep lebih
baik menghasilkan barang yang berkualitas tinggi dengan biaya produksi sedikit
lebih mahal, daripada menghasilkan barang dengan biaya produksi murah tapi
kualitasnya rendah.
2.
Tingkat
persediaan rendah. Dalam system JIT, persediaan dianggap suatu pemborosan karena
dengan adanya persediaan diperlukan biaya penyimpanan dan biaya tambahan
lainnya. Persediaan digudang tidak banyak, yang ada hanya secukupnya untuk
melanjutkan proses produksi kepada unit kerja berikutnya dan kalau habis baru
dikirim lagi, sehingga ada arus kerja yang berkesinambungan.
3.
Jalur
produksi yang fleksibel. Sistem produksi menggunakan sellular manufacturing
technique yaitu pengaturan layout dan peralatan proses produksi yang
fleksibel sehingga barang yang diproduksi tidak terlalu sering mengalami
perpindahan produk terlalu sering dianggap sebagai non value added activity.
4.
Perubahan
struktur organisasi yang mengarah ke produk. Konsep JIT meghendaki setiap
bagian dalam proses produksi mempunyai service departement masing-masing
sehingga apabila ada penyimpangan dapat ditelusuri sedini mungkin. Penggunaan
teknologi informasi secara efektif. Merupakan salah satu syarat utama dalam
penerapan sistem JIT. Sistem JIT merupakan konsep tepat waktu maka tidak ada
keterlambatan dari jadwal induk sekecil apapun (non schedule interruption)
yang dapat ditolelir, disebabkan penyimpangan sekecil apapun dari jadwal rutin
akan menyebabkan kemacetan proses produksi. (Diaz, 2015, hal. 4)
J.
Keunggulan
dan Kelemahan Metode JIT
Terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan dari metode JIT. Berikut
ini beberapa keunggulan dari metode JIT, antara lain:
1.
Menghilangkan
pemborosan dengan cara memproduksi suatu produk hanya dalam kuantitas yang
diminta pelanggan.
2.
Persediaan
kecil, mungkin nol.
3.
Tata
letak pabrik, dikelompokkan satu macam produk, atau sistem sel.
4.
Pengelompokkan
karyawan, dalam satu jenis produk.
5.
Pemberdayaan
karyawan, dilatih dan dididik terus menerus menyesuaikan dengan perubahan alat
kerja dan metode kerja.
6.
Pengendalian
mutu total, semua orang bertanggung jawab terhadap mutu produk.
Beberapa
kelemahan dari metode ini, yaitu:
1.
Sulit
suatu perusahaan yang memproduksi secara massal hanya melayani pesanan
pelanggan saja, misalnya pabrik gula, kopi, sabun dan sebagainya, dan hanya
memproduksi satu jenis produk.
2.
Dalam
perusahaan manufaktur sulit sekali tidak memiliki persediaan, khususnya yang
bahan bakunya impor.
3.
Menempatkan
karyawan pada keahlian khusus pada satu jenis produk tidak mudah, dan mungkin
biayanya mahal.
4.
Memerlukan
waktu yang cukup panjang untuk membangun relasi yang kuat dengan para supplier.
5.
Pengurangan
persediaan yang dipaksa dan terlalu drastis dapat menyebabkan para pekerja
stress. Jika para pekerja melihat JIT sebagai suatu cara untuk memeras mereka,
maka usaha-usaha untuk mengimplementasikan JIT tidak akan sepenuhnya berhasil
dan kinerja karyawan malah akan menurun. (Sinuraya, 2011, hal. 7-8)
Adapun
keuntungan dan kerugian penerpan JIT Purchasing. Berikut ini beberapa
keuntungan dari JIT purchasing, antara lain:
1.
Keuntungan
Bagi Pembeli
Berbagai
keuntungan penerapan JIT purchasing antara lain: penurunan biaya bahan baku,
penurunan rework, lebih tepat waktu, penurunan biaya administrative, penurunan
biaya persediaan, penurunan inspeksi, serta kualitas barang jadi lebih baik.
2.
Keuntungan
Bagi Pemasok
Keuntungan bagi
pemasok antara lain: capacity requirements dan jadwal produksi lebih konsisten
serta pemindahan finishedgoods yang lebih dapat diprediksi.
Selain itu
terdapat beberapa kerugian penerapan metode JIT purchasing, antara lain:
perusahaan akan sulit untuk beralih ke pemasok lain, keterlambatan pengiriman
akan mengakibatkan kegiatan produksi terganggu, serta ketiadaan inspeksi
mengakibatkan substandard finished goods. (Suryandi, 2011, hal. 6-7)
K.
Sistem
Pembelian Just In Time
Istilah purchasing
atau pembelian mencakup proses pembelian barang atau jasa yang
berkualitas baik, dalam kuantitas benar, pemilihan pemasok, pencapaian harga,
mengeluarkan kontrak atau pesanan dan melakukan tindak lanjut untuk memastikan
pengiriman yang baik.
Sistem
pembelian Just In Time mengharuskan adanya sistem penjadwalan pengadaan
barang dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera
untuk memenuhi permintaan atau penggunaan. Pembelian Just In Time adalah
pembelian bahan-bahan atau barang sedemikian sehingga mereka dikirimkan hanya
pada saat dibutuhkan bagi produksi atau penjualan. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa pembelian Just In Time adalah sistem pembelian
penjadwalan pengadaan barang atau bahan yang tepat waktu sehingga dapat
dilakukan pengiriman atau penyerahan secara cepat dan tepat untuk memenuhi
permintaan.
Perbedaan Just
In Time Purchasing dengan Pembelian Tradisional, di dalam metode
pembelian Just In Time Purchasing dan pembelian tradisional
tedapat bebrapa perbedaan dasar yaitu:
1.
Pemasok,
Just In Time Purchasing hanya menggunakan pemasok dalam jumlah sedikit
untuk memperoleh bahan yang bermutu tinggi, mencapai pengiriman yang tepat
waktu dan jumlah, serta berharga murah. Sedangkan sistem tradisional
menggunakan banyak pemasok untuk memperoleh barang dengan harga murah dan
bermutu tinggi. Dan akibatnya aktifitas-aktifitas tidak bernilai tambah yaitu
untuk memperoleh harga yang murah harus membeli dalam jumlah yang banyak atau
mungkin mutunya lebih rendah.
2.
Kontrak
Pembelian, Just In Time Purchasing menerapkan kontrak pembelian jangka
panjang dengan beberapa pemasoknya guna membangun hubungan baik yang saling
menguntungkan sehingga dapat dipilih pemasok:
a.
Memasok
bahan yang murah
b.
Bermutu
tinggi
c.
Berkinerja
pengiriman tepat waktu dan tepat jumlah
d.
Mengurangi
frekuensi pemesanan
Sedangkan pada
sistem tradisional menerapkan kontrak-kontrak jangka pendek dengan banyak
pemasok.
3.
Aktivitas
dalam arus pembelian bahan, pada Just In Time Purchasing, aktivitas
pembelian bahan hanya melalui sedikit tahap daripada sistem pembelian
tradisional yang melalui banyak tahapan-tahapan. Dalam rangka menerapkan Just
In Time, maka kondisi dan proses pembelian harus diatur dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut:
a.
Dekat
dengan pemasok.
b.
Sedikit
pemasok.
c.
Pemasok
tahu kualitas yang diinginkan perusahaan.
d.
Meminimalisasi
inspeksi.
e.
Eliminasi
penggudangan.
L.
Peranan
Just In Time
Dalam sistem Just
In Time ada beberapa peranan penting yaitu menghasilkan sebuah produk hanya
ketika dibutuhkan dan hanya dalam kuantitas yang diminta oleh pelanggan. Just
In Time memiliki beberapa peranan penting diantaranya:
1.
Meningkatkan
laba.
2.
Meningkatkan
posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui:
a.
Pengendalian
biaya.
b.
Peningkatan
kualitas.
c.
Perbaikan
kinerja kualitas. (Putra, 2014,
hal. 5)
M.
Faktor
Kunci Sukses dalam Just In Time
Ada
tujuh faktor kesuksesan Just In Time yaitu:
1.
Suppliers,
hal-hal yang harus diperhatikan
adalah:
a.
Kedatangan
material dan produk akhir termasuk kesia-siaan.
b.
Pembeli
daan pemasok membentuk kemitraan.
c.
Kemitraan
Just In Time
2.
Layout, merupakan tata letak yang memungkinkan pengurangan kesia-siaan
yang lain, yaitu pergerakan. Misalnya pergerakan bahan baku manusia menjadi
fleksibel, JIT mensyaratkan:
a.
Sel
kerja untuk produk keluarga.
b.
Pergerakan
atau perubahan mesin.
c.
Jarak
yang pendek.
d.
Tempat
yang kecil untuk persediaan.
e.
Pengiriman
langsung ke area kerja.
3.
Inventory, persediaan dalam sistem produksi dan distribusi sering diadakan
untuk berjaga-jaga. Teknik persediaan yang efektif memerlukan Just In Time
bukan Just In Case. Persediaan Just In Time merupakan persediaan
minimal yang diperlukan untuk mempertahankan operasi sistem yang sempurna yaitu
jumlah yang tepat, tiba pada saat yang diperlukan bukan sebelum atau sesudah.
4.
Schedulling,
jadwal yang efektif dikomunikasikan
di dalam organisasi dan kepada pemasok, maka akan sangat mendukung penerapan Just
In Tme. Penjadwalan yang lebih baik juga mengingatkan kemampuan untuk
memenuhi pesanan konsumen, menurunkan persediaan dan mengurangi barang dalam
proses, Just In Time mensyaratkan:
a.
Mengkomunikasikan
penjadwalan kepada supplier.
b.
Jadwal
bertingkat.
c.
Enekan
bagian dari skedul paling dekat dengan jatuh tempo
d.
Lot
kecil.
e.
Teknik
kanban.
5.
Preventive
Maintenance, pemeliharaan
dilakukan dalam rangka untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan supaya tidak
terjadi atau merupakan suatu tindakan pencegahan. Misalnya dengan cara pemeliharaan
rutin pada fasilitas yang digunakan maupun pelatihan karyawan secara terus
menerus agar dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
6.
Kualitas,
hubungan Just In Time dan mutu kuat sekali, karena berhubungan dengan
tiga hal, yaitu:
a.
Just
In Time mengurangi
biaya perolehan mutu yang baik karena biaya produk sisa, pengerjaan ulang,
investasi persediaan menurun.
b.
Just
In Time meningkatkan
mutu dengan mengurangi antrian dan waktu antara Just In Time juga
membatasi jumlah sumber kesalahan potensial.
c.
Mutu
yang baik berarti lebih sedikit cadangan sehingga Just In Time lebih
mudah diterapkan.
7.
Employee
Empowerment, karyawan yang
diberdayakan dapat ikut terlibat dalam isu-isu operasi harian yang merupakan
falsafah Just In Time. Pemberdayaan karyawan mengikuti nasehat manajemen
bahwa tidak ada orang yang lebih tahu mengenai suatu pekerjaan selain karyawan
pelaksana pekerja itu sendiri. (Putra, 2014,
hal. 8-9)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Just In Time adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan
kualitas, menekankan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin
dengan menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses produksi
sehingga perusahaan mampu menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa)
sesuai kehendak konsumen tepat waktu. Untuk mencapai sasaran dari sistem ini,
perusahaan memproduksinya hanya sebanyak jumlah yang dibutuhkan, sehingga dapat
mengurangi biaya pemeliharaan maupun menekan kemungkinan kerusakan atau
kerugian akibat menimbun barang. Tujuan utama dari JIT adalah menghilangkan
pemborosan dan konsisten dalam meningkatkan produktivitas. JIT pada dasarnya
berusaha menghilangkan semua biaya (pemborosan) yang tidak memberikan nilai
tambah terhadap produk yang dihasilkan.
B.
Saran
Demikianlah makalah ini pemakalah buat
dengan sesungguhnya, untuk memenuhi tugas mata kuliah akuntansi manajemen
tentang Just In Time (JIT). Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca dalam menganalisis biaya-biaya pada perusahaan. Pemakalah
menyadari masih terdapat banyak kekurangan pada makalah ini baik dari segi
penulisan makalah, kelengkapan isi, data yang disajikan, dan lainnya. Kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan dari para pembaca untuk penulisan
makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Y. (2007). Analisa
Penerapan Sistem Just In Time Untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas
Pada Perusahaan Industri. Jurnal Akuntansi & Keuangan , 139-141.
Dania, W. A. (2015). Aplikasi Just
In Time Pada Perencanaan & Pengendalian Persediaan Kentang. Jurnal
Industria Vol.1 No.1 , 22-30.
Diaz, A. P. (2015). Penerapan
Metode JIT Pembelian Bahan Baku Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Bahan
Baku. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol.4 No.10 , 4.
Efrianti, D. (2014). Pengaruh
Pengendalian Persediaan Just In Time Terhadap Efisiensi Pengadaan Persediaan
Bahan Baku. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan Vol.2 No.1 ISSN 2337-7852
, 99-108.
Haming, M. (2014). Manajemen
Produksi Modern Operasi Manufaktur dan Jasa Buku 2. Jakarta : PT Bumi
Aksara.
Mulla, B. M. (2009). Pengaruh
Penerapan JIT (Just In Time) dan TQM (Total Quality Management) Terhadap
Delivery Performance Pada Industri Otomotif Di Indonesia. Jurnal Manajemen
Teori dan Terapan Tahun.2 No.2 , 115.
Putra, C. (2014). Penerapan Metode
Just In Time Untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya Persediaan Bahan Baku. Jurnal
Ilmu & Riset Akuntansi Vol.3 No.1 , 4-5.
Salman, K. R. (2016). Akuntansi
Manajemen Alat Pengukuran Dan Pengambilan Keputusan Manajerial. Jakarta:
PT Indeks.
Santoso, H. F. (2001). Just In
Time. Jurnal Akuntansi Krida Wacana Vol.1 No.1 , 5.
Sinuraya, C. (2011). Perbandingan
Metode EOQ (Economic Order Quantity) dan JIT (Just In Time) Terhadap Efisinsi
Biaya Persediaan dan Kinerja Non-Keuangan. Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor
05 Tahun ke-2 Mei-Agustus , 6-7.
Suryandi, F. A. (2011). Peranan
Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Pengendalian Intern Aktivitas Pembelian
Bahan Baku Guna Mencapai Penyerahan Bahan Baku Yang Tepat Waktu. Jurnal
Ilmiah Akuntansi No.06 , 6-7.
Witjaksono, A. (2013). Akuntansi
Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Strange "water hack" burns 2 lbs in your sleep
BalasHapusOver 160 thousand women and men are trying a easy and SECRET "liquid hack" to burn 1-2lbs each night as they sleep.
It's very simple and works every time.
Here's how to do it yourself:
1) Grab a clear glass and fill it half full
2) Then do this weight losing HACK
so you'll become 1-2lbs thinner as soon as tomorrow!